"Mas, minta tolong bajunya ditaruh di lemari." "Akhtar kan mau liat Al-Qur'an dulu, Buk." "Oiya, nanti habis liat Al-Qur'an ya." "Iya, Akhtar cuma mau liat aja kok. Ini di ceritanya ada ayat Al-Qur'an. Akhtar pengen liat bunyi ayatnya gimana." ------ Akhtar lagi suka banget baca buku kisah para Nabi & sahabat Nabi. Hampir setiap hari dia membaca di waktu pagi, siang, maupun sore. Durasi membacanya pum tidak hanya sekali, tapi bisa berkali kali untuk 1 buku. Kami selalu menyampaikan kepadanya supaya kelak Akhtar seperti Ali bin Tholib yg mencintai ilmu pengetahuan. Biasanya Akhtar kalau sedang suka dengan kisah terntentu, dia akan mencoba memberi tebakan kepada kami, bahkan pada adeknya. Tentu saja kalau kasih tebakan ke adeknya, jawaban adek asal aja. Hehe. Siapa ayah Nabi Nuh? Siapa istri Nabi Ibrahim? Dan lain-lain. Mungkin dengan kasi tebakan, dia bisa lebih mengingat kisah tersebut. Kalau ada kalimat yang dia bingung, Akhtar l...
Tiga hari lalu, saya dua kali mengalami kejadian yang rada apes. Pertama, orderan buku yang sampai ke customer ternyata salah kirim. Buku yang dikirim bukanlah buku yang dipesan. Kedua, saya salah memasukkan 1 angka pada nomor resi di salah satu marketplace. Saya baru sadar dua hari setelah transaksi dibatalkan padahal barang sudah terkirim.
Awalnya saya sempat panik karena sudah membayangkan kerugian di depan mata. Tak banyak memang, tapi lumayan buat nabung beli Balance Bike untuk anak. Hehe. Kemudian saya pikir apa gunanya panik dan ngedumel, cuma segitu aja. Panik dan ngedumel tidak akan merubah apapun, malah justru akan menambah lelah pikiran. Akhirnya saya mencoba tarik nafas dalam-dalam sambil istigfar. Sambil mengingat ingat kesalahan yang dilakukan, saya lalu memutuskan untuk mengambil hikmah dari masalah ini.
Setelah pikiran agak tenang, kemudian saya japri ke customer pertama dan customer kedua. Karena customer pertama adalah teman sendiri, permasalahan langsung cepat selesai. Lalu saya japri customer di marketplace dan menjelaskan bahwasanya barang sudah dikirim, namun karena saya salah memasukkan resi sehingga resi menjadi invalid yang berakibat transaksi dibatalkan. Saya juga melampirkan resi asli dan hasil tangkapan layar perjalanan barang. Harapan saya customer dapat diajak kerjasama dengan baik.
Pesan saya tidak dibalas, tapi saya mencoba berbaik sangka sambil terus melacak keberadaan barang. Hari Kamis barang sudah diterima oleh customer, kemudian saya coba lagi untuk menghubunginya dengan menuliskan nomor rekening dan jumlah yang harus ditransfer. Inbox masih senyap, akhirnya saya mencoba mendoakan "Semoga dilancarkan dan dimudahkan urusannya :)" . Tak berapa lama kemudian customer tersebut membalasnya : Nanti saya transferkan ya. Yeay!!
Apa kalian tau? Dari sejak kecil saya menanamkan ke diri saya kalau semua urusan pasti dapat terselesaikan, karena hari akan terus berubah. Saya masih ingat saat kelas 6 SD, waktu itu pelajaran IPS disuruh untuk menggambar peta benua. Ah, saya tidak bisa menggambar jadi di depan kelas saya hanya mengetuk kapur tulis di papan hitam. Lalu saya bilang pada diri saya sendiri : Nggak usah cemas Lel, habis ini istirahat kok pelajarannya sudah selesai. Lain waktu ketika ujian skripsi, gugupnya minta ampun. Saya kembali bilang pada diri sendiri : Nanti jam 15.00 udah selesai sidangnya, semua akan selesai.
Setiap ada masalah saya mencoba untuk meyakinkan diri sendiri bahwa semua hal yang kamu kerjakan pasti selesai, tinggal menunggu waktunya. Jadi, tinggal saja
pilih mau menyelesaikan sambil ngedumel atau menyelesaikan dengan bahagia.
Awalnya saya sempat panik karena sudah membayangkan kerugian di depan mata. Tak banyak memang, tapi lumayan buat nabung beli Balance Bike untuk anak. Hehe. Kemudian saya pikir apa gunanya panik dan ngedumel, cuma segitu aja. Panik dan ngedumel tidak akan merubah apapun, malah justru akan menambah lelah pikiran. Akhirnya saya mencoba tarik nafas dalam-dalam sambil istigfar. Sambil mengingat ingat kesalahan yang dilakukan, saya lalu memutuskan untuk mengambil hikmah dari masalah ini.
Setelah pikiran agak tenang, kemudian saya japri ke customer pertama dan customer kedua. Karena customer pertama adalah teman sendiri, permasalahan langsung cepat selesai. Lalu saya japri customer di marketplace dan menjelaskan bahwasanya barang sudah dikirim, namun karena saya salah memasukkan resi sehingga resi menjadi invalid yang berakibat transaksi dibatalkan. Saya juga melampirkan resi asli dan hasil tangkapan layar perjalanan barang. Harapan saya customer dapat diajak kerjasama dengan baik.
Pesan saya tidak dibalas, tapi saya mencoba berbaik sangka sambil terus melacak keberadaan barang. Hari Kamis barang sudah diterima oleh customer, kemudian saya coba lagi untuk menghubunginya dengan menuliskan nomor rekening dan jumlah yang harus ditransfer. Inbox masih senyap, akhirnya saya mencoba mendoakan "Semoga dilancarkan dan dimudahkan urusannya :)" . Tak berapa lama kemudian customer tersebut membalasnya : Nanti saya transferkan ya. Yeay!!
Apa kalian tau? Dari sejak kecil saya menanamkan ke diri saya kalau semua urusan pasti dapat terselesaikan, karena hari akan terus berubah. Saya masih ingat saat kelas 6 SD, waktu itu pelajaran IPS disuruh untuk menggambar peta benua. Ah, saya tidak bisa menggambar jadi di depan kelas saya hanya mengetuk kapur tulis di papan hitam. Lalu saya bilang pada diri saya sendiri : Nggak usah cemas Lel, habis ini istirahat kok pelajarannya sudah selesai. Lain waktu ketika ujian skripsi, gugupnya minta ampun. Saya kembali bilang pada diri sendiri : Nanti jam 15.00 udah selesai sidangnya, semua akan selesai.
Setiap ada masalah saya mencoba untuk meyakinkan diri sendiri bahwa semua hal yang kamu kerjakan pasti selesai, tinggal menunggu waktunya. Jadi, tinggal saja
pilih mau menyelesaikan sambil ngedumel atau menyelesaikan dengan bahagia.
Komentar
Posting Komentar