Membaca
Selama saya kuliah, jarang sekali bahkan hampir gak pernah baca buku yang di luar buku textbook atau buku yang berkaitan dengan tugas dan pelajaran.
Sehari-hari mondar-mandir di praktikum, kuliah dan organisasi. Ga ada masa jeda yang tenang cukup lama buat menengok ke belakang. “Sebenarnya saya sudah jalan sejauh mana sih”.
Begitupun selama bekerja dan menjalankan bisnis. Hampir menjadi kebiasaan yang berlanjut.
Padahal dulu waktu SMA cukup sering baca buku. Entah itu buku-buku novel islami, buku self-improvment, buku biografi dsb.
Ya, kebiasaan itu hilang setelah kuliah, kerja dan bisnis tadi.
Dulu kalau ada keinginan mau baca mesti didasari karena tugas bukan karena keingintahuan akan suatu hal. Bukan karena ada tanda tanya dalam otak.
==
Akhirnya pasca pandemi tahun 2021, bisa merasakan kembali “orgasme” membaca buku.
Hampir tiap bulan tidak absen untuk beli buku. Bahkan kalau ke Jogja, pasti tempat favorit buat destinasi adalah Gramedia Kotabaru.. 😄
Menulis
Bentar…
Definisi menulis yang saya maksud bukan cuma sekedar nulis laporan, nulis daily activity ataupun nulis kalimat biasa.
Tapi menulis yang dimaksud adalah menulis suatu ide, gagasan yang terlintas di otak tentang suatu hal.
Oke,
Mengenai tulis menulis juga sebenarnya dulu sering banget saya lakukan. Tapi…. Ada tapinya..
- Nulisnya cuma di kertas atau di binder. Jauh-jauh publishnya paling di status ataupun di telegram. Di mana, kalau disana bisa tenggelam di antara tumpukan informasi dan berita lainnya.
- Nulisnya gak runut hanya penggalan-penggalan ide saja yang terlintas. Satu dua tiga kalimat yang terlewat di otak.
- Nulisnya gak terdokumentasi. Ya karena nulisnya cuma di kertas atau di status akhirnya kalau mau baca lagi tulisan itu sudah males banget. Susah nemuinnya. Tercampur aduk antara postingan jualan dan tulisan hasil pemikiran saya sendiri. hehe
Inipun ya saya lakukan pas lagi sering baca buku, karena sering ada ide terlintas kalau lagi baca.
Pas jamannya jarang baca buku (kuliah, kerja & berbisnis) ya jarang banget nulis.
Secara otak kan kayak “teko air” kalau diisi ya dia bakal ngeluarin air juga. Kalau gak diisi ya kosong.
Sampai akhirnya saya memutuskan nulis lagi yang lebih terdokumentasi. Dan saya putuskan juga buat nebeng nulis di blog istri.. hehe
Biar nanti jadi blog keluarga..
Mengajar
1 hal bermakna lagi yang sampai tulisan ini saya tulis dan belum terlaksana kembali adalah mengajar.
Tahun 2017-2019 saya sering mengajar digital marketing terutama spesifik ngajarin temen-temen UKM bagaimana jualan di Bukalapak.
Bahkan sebelum itupun juga pernah sekali dua kali. Tapi bukan tentang digital marketing karena emang dulu belum nyemplung ke dunia itu.
Sampai detik ini masih terasa ada yang ganjel gitu karena belum memulai lagi. hhhee.
Soon insyaallah.
Terus kan sering tuh kalau ada yang bilang “Aku tuh orangnya gak bisa ngajar”.
Padahal menurut saya, at the end of the day (pada akhirnya) semua orang itu sebenarnya sudah mengajar.
Terutama mengajar dirinya sendiri.
Mangajari gimana ngontrol emosi, ngajari gimana ngontrol ego, gimana bersosialisasi.
Kalau bilang “aku tu orangnya ga bisa ngajar”, terus anak-anak anda nanti yang ngajari tentang adab siapa?
ngajarin tentang tata krama siapa?
Mungkin karena anda sudah ter”framing” bahwa nagajar itu seperti di sekolah atau lembaga formal yang harus
Ada silabusnya
Ada rapot yang njlimet
Ada pertemuan rutin
Ada persiapan diktat dsb
makanya jadi bilang “aku ga bisa ngajarin”.
Tapi yang nulis ini aja belum mulai lagi.. hhe.. Omdo donk.. wkwk
Jangan ditiru ya..
Kesimpulan:
Menurut saya, apapun profesinya, 3 kegiatan diatas itu merupakan kegiatan penting tapi sering TERLUPAKAN karena kesibukan sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar